TEMPO.CO, Bengkulu - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan organisasi kemasyarakatan keagamaan yang dipimpinnya akan tetap menjaga jarak dengan pemilihan presiden yang sedang berlangsung saat ini. Muhammadiyah mengambil jarak dari pergulatan politik kekuasaan, karena hal itu merupakan wilayah partai politik.
"Kalau organisasi-organisasi dakwah ini berhimpitan dengan partai politik dan kekuatan politik, atau ormas agama ini sebangun dengan perjuangan partai politik, di sinilah yang Muhammadiyah mengambil jarak," kata Haedar saat diwawancarai di sela sidang tanwir Muhammadiyah, Sabtu, 16 Februari 2019.
Baca:Tiga Poin Pidato Presiden Jokowi di Sidang Tanwir Muhammadiyah
Terlibat dalam percaturan politik akan sangat berat bagi Muhammadiyah. Karena itu, Muhammdiyah membebaskan pilihan politik pada masing-masing anggota. "Karena kalau itu (Muhammadiyah terlibat dalam perbutan kekuasaan) terjadi nanti yang terjadi adalah politisasi ormas, dan kemudian juga politisasi agama," kata Haedar.
Lelaki 60 tahun itu mengatakan saat ini Muhammadiyah mengubah orientasi dalam mengambil jarak. Jika dulu Muhammadiyah cenderung mengambil jarak dengan pasif, namun saat ini Haedar mengatakan mereka mengambil jarak secara proaktif.
Baca: Jokowi Tiba di Bengkulu, Hadiri Sidang Tanwir Muhammadiyah
"Kami berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatan partai politik. Kan pernah di Menteng kita undang seluruh ketua partai datang itu kan," kata Haedar.
Dengan cara ini, Haedar yakin akan ada transformasi nilai-nilai Muhammadiyah terhadap partai-partai politik ini. "Nggak mungkinlah mereka ini terkunci rapat nurani dan pikiran politiknya dari nilai-nilai kebenaran."
Simak: Tak Jadi JK, Jokowi akan Buka Tanwir ...
Haedar mengatakan sebelumnya, Muhammadiyah memang kurang menyiapkan kader-kadernya di politik. Karena itu, mendatang, Muhammadiyah akan semakin mendorong keterlibatan kadernya di partai politik.
"Kami punya lembaga hikmah dan kebijakan publik.” Muhammadiyah sudah mempersiapkan kadernya untuk partai politik seperti PAN, PPP, PKS, ke PDIP, Golkar dan sebagainya. “Kami Dorong ke situ," kata Haedar.